Sikundo dan Jejak Perjuangan Tjut Nyak Dhien

Oleh Dewa Gumay

Meniti seutas tali, jalan menuju Sikundo

DI ATAS Sungai Meurebo. Dua tali kawat sepanjang 30 meter melintasi arus deras berbatu. Satu sebagai titian, satu lagi dipasang sejajar keatas untuk pegangan. Setiap jarak lima meter, bambu setinggi sepuluh meter diikat ke tali kawat sebagai penopang, ujungnya dibenamkan ke dasar sungai. Inilah jalan menuju Desa Sikundo, Kemukiman Lango, Kecamatan Pante Ceremen, Aceh barat. Tempat ini merupakan bagian dari ekosistem kawasan hutan Ulu Masen.

Meniti seutas tali kawat berdiameter dua centimeter, memerlukan keseimbangan tubuh, jika tidak, resikonya akan terjatuh digulung arus deras dan terbentur batu cadas Sungai Meurebo, seperti yang pernah dialami oleh seorang prajurit TNI dimasa konflik. Terjatuh, lalu meninggal.

Bagi masyarakat Sikundo, berjalan meniti seutas tali merupakan aktivitas sehari-hari menuju Desa Jambak dan Sikundo dua, sebelum ke Kota Meulaboh. Selain waktu tempuh yang lebih cepat, ketiadaan jembatan penghubung alternative, menyebabkan mereka harus memilih jalan tersebut.

Dulu, saat PT Raja Garuda Mas Lestari (disingkat RGM) beroperasi, terdapat satu jembatan yang langsung menembus Meulaboh. Jembatan tersebut dapat dilalui kendaraan beroda empat, dengan panjang 75 meter. RGM merupakan salah satu perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang beroperasi di Aceh Barat dan Nagan Raya dengan luas konsesi 96.500 hektar.

Kini, tanpa bekas, jembatan tersebut telah hancur pada masa berlakunya Darurat Militer di Aceh. Menurut hasil investigasi kontributor Ulu Masen, jembatan tersebut dirubuhkan, karena RGM merasa terbebani dengan berbagai tuntutan pajak dari pihak-pihak tertentu. Tahun 2001, giliran perusahaan tersebut menutup operasinya.

PT Raja Garuda Mas Lestari beroperasi sejak tahun 1998. Sebelumnya, PT Bayben Woyla telah lebih dulu menancapkan mesin Chainsaw-nya di hutan Aceh Barat dan Nagan Raya. Sejak 1998, kepemilikan konsesi penebangan telah berpindah ke tangan PT RGM, dengan masa konsesi 20 tahun atau berakhir pada tahun 2014. RGM merupakan bagian dari holding company Sinar Mas Group, dibawah kepemilikan konglomerat Soekanto Tanoto.

Soekanto Tanoto mengembangkan bisnisnya hampir diseluruh tanah Sumatra dan Kalimantan, mulai dari perkebunan kelapa sawit, HPH, pabrik kertas, hingga Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai industri hulunya. Semua perusahaan tersebut berkibar dibawah bendera Sinar Mas Group.

Menurut Solihin, Kepala Desa Sikundo, luas Desa Sikundo ditaksir sekitar 12 ribu hektar, sekitar 8 ribu hektar merupakan wilayah berhutan, sebagian besar wilayah tersebut masuk ke dalam konsesi RGM. 4 ribu hektar lagi, merupakan lahan perkebunan dan pemukiman penduduk. Saat ini, Desa Sikundo didiami sekitar 30 Kepala Keluarga.

Jejak Tjut Nyak Dhien

Sedikit dari banyak orang yang tak mengenal Tjut Nyak Dhien. Pahlawan perjuangan pada masa perang Aceh. Ia dilahirkan di Lampadang, wilayah VI Mukim pada tahun 1848, ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, seorang Uleebalang VI Mukim, keturunan Machmoed Sati, perantau asal Minangkabau, Sumatra Barat. Ibunya adalah putri Uleebalang Lampagar.

Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada 29 Juni 1878. Kejadian ini menyebabkan Tjut Nyak Dhien marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Teuku Umar, salah satu pejuang melawan Belanda, melamar Tjut Nyak Dhien, dan menikah pada tahun 1880. Pada awalnya Tut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar memperbolehkannya ikut serta dalam medan perang, Tut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengannya. Pernikahan ini meningkatkan moral pasukan pejuang Aceh. Kelak, mereka memiliki anak yang bernama Tjut Gambang.

Setelah pernikahannya, Tjut Nyak Dhien bersama Teuku Umar bertempur melawan Belanda, namun, Teuku Umar gugur saat menyerang Meulaboh pada 11 Februari 1899. Akhirnya, Tjut Nyak Dhien berjuang sendiri di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Karena sudah tua, dan memiliki penyakit encok dan rabun, Pang Laot salah satu pasukannya melaporkan keberadaan Tjut Nyak Dhien kepada Belanda, ini didasari karena iba melihat kondisi Tjut Nyak Dhien.

Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Kutaraja (sekarang Banda Aceh). Di Kutaraja, ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh, namun, Tjut Nyak Dhien tetap mengobarkan perlawanan terhadap Belanda, dengan memberikan semangat, serta masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap. Belanda marah, akhirnya, Tjut Nyak Dhien dipindah ke Sumedang, dan meninggal pada 6 November 1908, dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat.

Makam Tjut Nyak Dhien baru diketemukan pada tahun 1959, pada masa pemerintahan Gubernur Aceh, Ali Hasan. Nama Tjut Nyak Dhien dikenal dengan sebutan Ibu Perbu atau Ratu dikalangan masyarakat Sumedang. Sehingga, pada awalnya sangat sulit melacak keberadaan makam Tjut Nyak Dhien.

Kejelasan itu baru datang di tahun 1960, saat Pemerintah Belanda mengirimkan surat resmi pada Nederland Indische ditulis oleh Kolonial Verslag, bahwa berdasarkan Surat Keputusan No. 23 tahun 1907 (Kolonial Verslag 1907:12) menjelaskan, terdapat satu tahanan politik wanita Aceh yang dikirim ke Sumedang. Surat ini telah cukup menjelaskan banyak hal tentang siapa Ibu Perbu, tak lain adalah Tjut Nyak Dhien, seorang pejuang, pada masa perang Aceh.

Kini, jejak perjuangan Tjut Nyak Dhien dapat ditemui di Desa Sikundo. Menurut keterangan tokoh masyarakat di Sikundo, Tjut Nyak Dhien pernah bermukim di daerah tersebut semasa perang Aceh berkecamuk melawan Belanda. Lima jam perjalanan kaki dari Desa Sikundo, ditemukan jejak persawahan yang pernah digarap pasukan Tjut Nyak Dhien, sebagai penyedia pangan untuk pejuang Aceh yang sedang bertempur. Hingga kini, persawahan tersebut masih dikelola oleh tujuh Keluarga di daerah tersebut.

Sikundo telah melalui semua masa dalam sejarah Aceh, dari masa perjuangan Teuku Umar, hingga masa Darurat Militer yang berakhir pada tahun 2004. Sebuah pos berukuran dua kali tiga meter di puncak bukit, di dekat pemakaman umum Sirna Raga adalah bukti sahih peninggalan masa konflik di Aceh.

Kini, ditengah gemerlap pembangunan Aceh pasca tsunami. 30 Kepala Keluarga telah kembali dari pengungsian membangun Desanya, dengan cara mereka sendiri, tanpa bantuan dan janji. Menggerakkan kembali perekonomian dengan cara bertani nilam, waktu senggang dimanfaatkan dengan mencari ikan kerling, atau memanen buah pinang.

Keterbatasan sarana transportasi, telah mengisolasi Sikundo. Terletak diantara bukit berderet, dibelah Sungai Mereubo, dan dipagari hutan rimba, disanalah kehidupan baru itu bermulai. []

5 responses to “Sikundo dan Jejak Perjuangan Tjut Nyak Dhien

  1. salam mba Tisana dan mas gumay,

    saya agam mungkin masih ingat, saya salah satu kandidat untuk posisi grafis desain ffi aceh. ternyata kita bisa ketemu di dunia maya untuk membahas hutan neh.
    seru juga fotonya. pake seutas tali. klo dijakarta dipake untuk acara outbond, rekreasi. tapi untuk daerah sebagai alat transportasi ya.

    salam hijau

  2. jadi pengen pergi melihat jembatan tali itu. Mumpung masih tinggal di Meulaboh. Salam kenal mas… 🙂

  3. saya asal dari jambak dan sikundo… kapan jalan kami dibuat kami harap kepada penjabat yang berwewenang segera membangun desa kami….

  4. kenapa utuk daerah terpencil susah mendapatkan lowongan kerja pada kami membutukan lowongan kerja apa lagi saya sendiri yang disekolahkan oleh dinas pendidikan…
    nama : muhammaddan, A.Md
    alamat : gampong jambak kec. pante ceureumen. kab. aceh barat
    universitas : PPM medan(bekerja sama dengan P4TK medan
    alumni : 2008
    no hp : 0852 6152 2855

    demikian dari saran kami kalau ada lowongan

  5. kenapa utuk daerah terpencil susah mendapatkan lowongan kerja pada kami membutukan lowongan kerja apa lagi saya sendiri yang disekolahkan oleh dinas pendidikan…
    nama : muhammaddan, A.Md
    alamat : gampong jambak kec. pante ceureumen. kab. aceh barat
    universitas : PPM medan(bekerja sama dengan P4TK medan
    akta ngaja : UNP
    alumni : 2008
    no hp : 0852 6152 2855

    demikian dari kalau ada lowongan kerja

Tinggalkan komentar